Panggilan untuk Anak-anak dalam Masyarakat Jawa
Panggilan untuk Anak-anak dalam Masyarakat Jawa – Bahasa Jawa adalah bahasa Austronesia yang utamanya di tuturkan oleh penduduk bersuku Jawa di wilayah bagian tengah dan timur pulau Jawa. Bahasa Jawa juga di tuturkan oleh diaspora Jawa di wilayah lain di Indonesia, seperti di Sumatra dan Kalimantan; serta di luar Indonesia seperti di Suriname, Belanda, dan Malaysia.
Saat masih anak-anak, seringkali orang tua memanggil kita dengan sebutan tertentu. Alih-alih memakai nama, para orang tua ini justru memberikan panggilan khas yang gak jarang bisa terbawa sampai dewasa. Seperti yang banyak di temui dalam masyarakat Jawa, beberapa panggilan untuk anak-anak juga cukup banyak di gunakan.
Bahkan ada juga yang ternyata di adaptasi dari nama alat kelamin, lho. Meski terkesan vulgar, tapi karakter pendidikan seks dalam masyarakat Jawa memang kerap download sbobet menggunakan simbol bahasa sebagai ungkapan untuk menghaluskan penyebutan alias kramanisasi seksual.
1. Thole atau Le
Thole atau Le merupakan panggilan khas dalam masyarakat Jawa yang di peruntukkan bagi anak laki-laki. Buat yang belum tahu, asal usul panggilan ini berasal dari kata kontol yang berarti penis.
Meski sebenarnya kata ini sendiri tergolong vulgar dan di anggap saru, tapi panggilan Thole dan Le ternyata justru banyak di gunakan, lho. Hal ini di maksudkan sebagai gambaran bahwa si anak tersebut adalah seorang bocah laki-laki.
2. Nang
Masih panggilan untuk anak laki-laki, kali ini ada sebutan Nang yang juga gak asing lagi dalam masyarakat Jawa. Berasal dari kata lanang yang berarti laki-laki, para orang tua akhirnya banyak juga yang memanggil anak lelaki mereka dengan sebutan ini. Kalau panggilan yang satu ini sih gak terlalu vulgar, ya.
3. Cung
Banyak dipakai oleh masyarakat Jawa bagian kulon, Cung juga merujuk pada sebutan untuk bocah laki-laki. Serupa dengan asal usul Thole yang terkesan vulgar, panggilan ini mengadaptasi dari kata ngacung, istilah penis yang ereksi dan mengacung. Namun beberapa juga mengartikan bahwa Cung berasal dari istilah ujung penis yang belum di sunat alias masih berupa kuncung.
4. Wuk
Giliran panggilan untuk anak perempuan, nih. Masih bagian dari wujud kramanisasi seksual, Wuk diadaptasi dari kata bawuk atau wawuk yang merupakan istilah bahasa Jawa untuk vagina. Panggilan Wuk sendiri memang cukup akrab di telinga masyarakat Jawa. Biasanya panggilan ini ditujukan untuk anak perempuan yang masih bocah atau menginjak remaja.
5. Nok
Panggilan untuk anak perempuan yang satu ini berasal dari kata denok. Lekat dengan kesan sensual, kata denok sebenarnya merujuk pada bagian yang menonjol pada tubuh perempuan, yaitu payudara. Pemilihan panggilan Nok sendiri dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa si anak adalah perempuan dari ciri tubuhnya tadi.