Pantangan yang Kerap Ditemui dalam Masyarakat Jawa
Pantangan yang Kerap Ditemui dalam Masyarakat Jawa – Bagi orang Jawa pada umumnya dan khususnya untuk orang tua bahwa ungkapan “Ora Elok” menjadi salah satu kata mujarap untuk mengingatkan sesuatau kepada anak-anaknya. Kata “Ora Elok” yang di artikan dalam bahasa Indonesia yakni “Tidak Boleh, Tidak Baik, atau Tidak Sopan”. Masyarakat Jawa memiliki banyak aturan dan perhitungan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana dalam aturan tidak tertulis itu, ungkapan “Ora Elok” sering sekali di ucapkan saat orang tua memberikan nasehat kepada anak dan cucunya.
Masyarakat Jawa memang dikenal dengan berbagai petuah dan aturan-aturan yang beragam. Termasuk saat akan memberi nasihat atau mengingatkan sesuatu, ada ungkapan ora elok yang kerap dianggap sebagai kalimat mujarab. Ora elok sendiri punya makna tidak baik, tidak bagus, atau tidak sopan.
Saat para orang tua mulai mengeluarkan kalimat Agen Sbobet88 Indonesia tersebut, biasanya anak-anak akan langsung menurut tanpa mempertanyakan alasannya. Ora elok juga sering di pakai untuk jadi senjata ampuh saat di hadapkan dengan pantangan yang tidak boleh di langgar.
1. Duduk di tengah atau depan pintu
Pantangan pertama yang terbilang populer dalam masyarakat Jawa adalah larangan duduk di tengah atau depan pintu. Terlebih untuk anak gadis, orang Jawa meyakini bahwa kebiasaan ini akan membuat jauh dari jodoh. Logikanya, sikap ini tentu tidak sopan karena bisa menghalangi orang yang akan lewat.
Namun, para orang tua juga khawatir jika ada yang melihat andai anak gadisnya bercanda berlebihan sampai tertawa dengan keras bersama teman-temannya. Hal ini di anggap berisiko, jika orang tua pemuda tidak akan mengizinkan anaknya menikahi gadis yang demikian.
2. Menyapu di malam hari
Menyapu menjadi aktivitas bersih-bersih yang umum dilakukan. Namun, dalam masyarakat Jawa ada pantangan untuk menyapu di malam hari. Para orang tua melarang anak-anaknya menyapu saat malam hari karena di anggap tidak sopan sebab akan mengganggu waktu istirahat.
Selain itu, masyarakat Jawa meyakini jika suara yang di timbulkan saat menyapu di malam hari dapat mengundang makhluk halus. Di tambah lagi, ada kepercayaan jika menyapu di malam hari akan mempersulit diri saat mencari rezeki.
3. Makan brutu alias pantat ayam
Orang Jawa pasti familier dengan pantangan makan ayam bagian brutu alias pantat. Biasanya anak-anak memang di larang makan brutu dengan dalih bisa membuat bodoh dan pikun. Alhasil, kebanyakan anak-anak Jawa lebih terbiasa memilih bagian paha ayam.
Namun, di sisi lain pantangan ini boleh jadi di sebabkan oleh alasan kesehatan. Brutu yang merupakan bagian dengan kandungan lemak yang banyak di khawatirkan akan menyebabkan tumpukan kolesterol.
Lebih lanjut lagi, efek samping yang di yakini nantinya anak akan mudah mengantuk hingga tidak fokus saat belajar.
4. Membuang sampah di kolong tempat tidur
Masih berkaitan dengan faktor kebersihan dan kesehatan, pantangan selanjutnya yang banyak di temui dalam masyarakat Jawa adalah larangan membuang sampah di bawah tempat tidur. Pada dasarnya, membuang sampah sembarangan saja memang bukan perilaku yang baik, apalagi jika di kolong tempat tidur.
Meski memakai ‘senjata’ ora elok, tapi sebenarnya fokus utama adalah alasan kesehatan. Sampah yang menumpuk di kolong tempat tidur bisa membusuk hingga menimbulkan bau tidak sedap. Alhasil, penyakit pun bisa saja datang dan mengganggu kesehatan.
5. Menyisakan makanan
Ada ungkapan ‘ora elok madang nyiso, mundak pitike mati’, artinya tidak baik makan bersisa, bisa menyebabkan ayam mati. Meski terdengar gak logis, tapi buat anak-anak justru jadi ancaman yang manjur. Boleh jadi mereka memang punya ayam dan si anak takut kalau nanti ayam kesayangannya akan mati.
Namun, lewat nasihat tersebut ternyata ada makna perihal petuah hidup bahwa manusia itu harus tahu ukuran. Lebih baik nambah jika kurang daripada mengambil banyak tapi tersisa.
Selain itu, kita juga di ingatkan agar tidak buang-buang makanan, sebab di luar sana masih banyak orang yang kekurangan sampai rela mengais sisa-sisa makanan.